Saya agak terkejut ketika membaca postingan banyak investor reksadana di grup Bibit yang heboh, panik, kebingungan, sampai ada yang mengamuk perkara Sucorinvest Stable Fund turun.
Padahal penurunan reksa dana yang punya julukan SSF ini cuma sehari saja dan itu pun bisa dibilang hanya sebatas koreksi normal. Namun tetap saja, tidak sedikit investor yang kaget dan langsung menjual unit mereka saat itu juga.
Sucorinvest Stable Fund merupakan produk reksadana obligasi rilisan manajer investasi Sucor Asset Management. Sebuah perusahaan keuangan di Indonesia yang sudah berkiprah sejak 90-an dan mendapatkan izin mengelola dana investor.
Sebagai salah satu MI dengan total Asset Under Management (AUM) terbesar di tanah air, kinerja Sucor AM tidak bisa diragukan lagi. Pada 2022 silam saja hampir semua produk Sucor mendominasi dalam hal return tahunan di aplikasi agen penjual efek reksa dana (APERD) Bibit.
SSF jadi produk Sucor dengan total AUM paling tinggi diantara produk reksa dana lainnya. Saya pun sudah masuk investasi di produk ini sejak akhir 2021, pindahan dari Danamas Stabil milik Sinarmas Asset Management.
Sucorinvest Stable Fund turun, meski sepanjang tahun hampir tidak pernah minus. Ada pun minusnya sekitar -0.04% namun sudah bisa bikin panik investor.
Harap maklum, karena walau berstatus sebagai Reksa Dana Obligasi (RDO), SSF punya karakteristik mirip Reksa Dana Pasar Uang (RDPU). Return hariannya cenderung stabil tapi memberikan imbal hasil di atas RDPU pada umumnya.
Hal itu karena alokasi portfolio Sucorinvest Stable Fund terbesar berada di obligasi korporasi yang memang terkenal lebih stabil dibanding obligasi pemerintah yang fluktuasi harganya lumayan tinggi.
Penurunan SSF ada berbagai macam faktor. Bisa jadi penyebab utamanya ada obligasi yang gagal bayar. Di momen seperti ini dengan suku bunga tinggi, data inflasi yang memuncak, sampai isu resesi, memang turunnya RDO tersebut sulit dihindari.
Koreksi harga NAV inilah yang tetap bikin investor pemula menjadi panik. Ada yang ramai-ramai screenshot menjual produk SSF, sah-sah saja. Memang kalau tidak siap dengan penurunan sebaiknya taruh di RDPU, jangan obligasi apalagi reksadana saham.
Walau namanya “Stable Fund” dan cenderung stabil, tapi bukan berarti tidak akan bisa turun sama sekali. Reksadana Obligasi tingkat risikonya “Sedang”, di bawah saham dan di atas Pasar Uang.
Bahkan RDPU yang risikonya relatif rendah pun bisa terjadi koreksi harga. Yang terpenting dalam berinvestasi di reksa dana adalah investor tidak perlu khawatir volatilitas harian yang berubah-ubah terutama jika memang tujuan keuangan mereka untuk jangka panjang.
Jadi kalau ke depannya Sucorinvest Stable Fund turun, tidak perlu panik. Anggaplah sebagai bagian dari koreksi harga NAV. Intinya investasi di reksadana itu selayaknya menabung, simpan dan lupakan hingga nanti kalian ingin mencairkannya di masa depan.