Ketika jabatan dipegang oleh yang bukan ahlinya, maka tinggal menanti kehancuran. Kalimat pembuka yang pantas mendeskripsikan situasi dalam JKT48 saat ini.
Mulai dari Re:Boost, JKT48 ONE, New Era, semua proyek gimmick dengan dalih mengembalikan kejayaan dan menyegarkan grup tampaknya tidak membuahkan hasil.
Restrukturisasi adalah contoh kecil bagaimana General Manager JKT48 yang notabenenya mantan anggota grup sendiri seolah-olah menjadi dalang di balik semuanya.
Jika pun dia bukan dalangnya, hanyalah boneka atau wayang yang dipermainkan para Maestro di balik layar. Entah sudah berapa banyak penggemar yang melontarkan saran dan kritik, dari yang manis hingga pedas karena tak kunjung didengar.
JKT48 beruntung hanyalah sebuah franchise dari produk sudah jadi asal Jepang, AKB48. Mereka hanya mengadopsi konsep, sistem, dan memodifikasinya sedikit menyesuaikan pangsa pasar di Indonesia.
Akan lain cerita bila JKT48 merupakan grup independen yang berdiri sendiri tanpa embel-embel “AKB48 Overseas Sister Group“. Seperti halnya Cherrybelle, 7ICONS, yang kini lenyap entah kemana.
Seolah memonopoli dan merasakan zona nyaman, JKT48 sejak dipegang Melody adalah perusahaan budeg yang tidak ingin peduli dengan masukan fans yang notabenenya sumber daya utama mereka juga.
JKT48 ONE, project restrukturisasi, mengeluarkan banyak member dan menyisakan separuhnya. Dengan maksud agar tidak ada lagi member yang merasakan diskriminasi karena tak terpilih senbatsu, masuk frame, tersorot kamera.
Semua seolah bualan belaka, karena dalam kasus terbaru yang lagi hangat, setengah dari total 33 anggota JKT48 tidak mendapatkan kesempatan “Solo Scene”. Memang sekilas seperti hal kecil, tapi penggemar membayar dengan nilai yang tidak kecil.
Padahal mereka member yang bertahan itu yang katanya menjadi bagian JKT48 ONE, ONE = Satu. Niatnya biar bersatu dan menyatukan, tanpa ada lagi tim-timan. Apa-apa semuanya harus sama rata.
Tapi ya tetap, faktor popularitas masih jadi pertimbangan utama. Hasilnya ya project, event apa pun itu diisi oleh member 4L “Lu Lagi Lu Lagi“, dan tidak sedikit member yang pasrah dan menyaksikan manajemennya melahap ludah sendiri :).
Dari dulu tampaknya tidak ada yang berubah. Seperti biasa, solusi dari semua kekacauan adalah menyuruh member upload foto selfie. Biasanya member dengan reputasi tertinggi yang jadi bahan delusional fans karena kecantikannya.
Baca juga: Skandal Ara JKT48.
Sebagai mantan penggemar yang sudah sadar sejak 2018, menyaksikan “Ormas” main kapal-kapalan dengan menjodohkan member JKT48 satu sama lain adalah hiburan tersendiri :).
Penulis: Wildani S.