Akhirnya bisa posting di sini lagi, mengingat belakangan saya pribadi sibuk urus website berita saya, ditambah admin Fahreza yang hiatus sampai entah kapan, sehingga blog Shukan Bunshun kurang terurus. Anyway.. Dirilisnya Smartphone Xiaomi Redmi Note 8 Pro series akhir Oktober 2019 silam timbulkan beberapa kelucuan. Mungkin bukan hal tabu kalau masuknya produk perangkat seluler Xiaomi ke pasar ponsel Indonesia selalu diiringi dengan harga yang bisa dibilang merusak pasar. Merusak dalam artian positif bagi konsumen, tapi lucunya prediksi berbagai pihak selalu tepat sasaran bila rupanya ponsel tersebut gaib.
Karena bukan cuma sekali dua kali, saking seringnya gaib ponsel Xiaomi seolah mudah ditebak tiap kali peluncurannya. Entah disengaja atau tidak, itu semua di luar kuasa penulis, kegaiban memang kerap kali menimpa produk Smartphone Xiaomi. Tapi setidaknya saya akan berasumsi Penyebab HP Xiaomi Gaib hingga jadi barang langka setiap awal perilisan.
(( ToC ))
Basis Fans Fanatik
Kamu pernah melihat sebuah perayaan tertentu di tempat yang terbilang cukup suci? Disitu akan ada penganut / pengikutnya yang rebutan buat ambil berkah dari makanan atau benda yang notabene menjadi bagian dari perayaan tersebut. Mungkin itulah analogi terbaik untuk menyebut Mi Fans sebagai basis penggemar Xiaomi yang fanatik.
Belum lama bulan September kemarin, Apple merilis iPhone 11, 11 Pro dan 11 Pro Max. Pada hari pertama penjualannya, di Apple Orchard Road sudah dipenuhi para calon pembeli. Mereka bahkan rela datang jauh-jauh hari dan menginap di emperan sekitar toko perangkat iOS terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Uniknya, ini bukan hanya terjadi di Singapura tapi di Apple Store berbagai belahan dunia akan selalu dipenuhi orang mengantre membeli iPhone edisi terbaru, setiap tahun pasti ada. Disinilah rupanya Xiaomi ingin mendapatkan hal serupa pada Mi Store mereka.
Fanatisme ala Xiaomi berhasil dibuat dengan cara ‘melenyapkan’ Smartphone dari pasaran tepat ketika permintaan (Demand) lagi tinggi-tingginya. Mereka yang benar-benar berminat lalu berhasil mendapatkan satu unit barang saat masa-masa Flash Sale merasa senangnya bukan main, ibarat habis rebutan dan dapat satu ton sembako gratis seakan menambah nilai fanatik mereka pada merek Xiaomi.
Terlebih dengan penerapan sistem penjualan Flash Sale terketat akan menguntungkan dari segi pendapatan untuk para tengkulak, joki atau seller pihak ketiga yang setelah dapat langsung jual lagi. Lalu, apakah Xiaomi sudah bisa dikatakan berhasil menambah unsur fanatisme fanbase mereka di Indonesia? Yes, They did it.
Pencitraan Industri
Kayaknya berdasarkan pemantauan saya, apa yang telah dilakukan oleh Xiaomi sejak mereka masuk resmi ke Indonesia sudah bisa bikin konsumen gembira. Kalimat “Smartphone bagus di harga yang terjangkau dari harga pasar” telah melekat kuat pada identitas Xiaomi.
Meski beberapa pihak menilai Xiaomi cuma merekayasa pasar. Karena ketika merilis sebuah produk khususnya Smartphone, mereka dianggap nggak niat buat jualan. Menentukan harga semena-mena demi predikat “HP Android Murah Berkualitas” sudah berhasil tercapai.
Kenapa Xiaomi melakukan hal tersebut? Masih ingat nggak dengan kasus Redmi 5A kala itu yang harga awalnya “di bawah 1 juta” atau tepatnya IDR 999.000 kemudian sebulan berselang berubah dan NAIK jadi Rp1.099,000.
Dengan mengadopsi konsep “Harga Perkenalan” itu kemudian jadi barang yang amat langka, sekalinya ada menjadi rebutan di situs e-Commerce yang sayangnya jumlah stoknya pun tidak transparan. Seolah membuat harga jujurnya nggak semurah itu.
Contohnya: jika Xiaomi menyediakan stok awal sejumlah 7000 unit (cuma perkiraan), mereka akan gelontorkan ke pasar berkisar 500 sampai 1000 perangkat saja yang dijual dengan harga perkenalan tadi (999k) Sisanya mereka akan melepas penjualan mematok harga asli (1099k).
Akibat seringnya melakukan hal seperti ini, rekayasa pasar produk yang dilakukan Xiaomi menjadi mudah ditebak. Analogi singkatnya, mereka membuat publik “Kelaparan” dulu terhadap suatu barang, lalu melepas “Makanan” sebagai pengobat dan pelepas dahaga.
Hunger Marketing! Orang kalau sudah kebangetan ‘lapar’ mungkin sudah tidak peduli jika harganya dinaikkan, itulah yang kemungkinan jadi teknik pemasaran mereka. Sayang sekali, strategi Xiaomi sudah mulai terbaca oleh lawannya, sebut saja submerek Oppo, Realme, atau sang legenda seperti Samsung.
Realme dan Samsung nggak pakai cara Xiaomi yang punya 10000 stok tapi cuma dijual 300 HP di periode awal usai peluncuran. Mereka berdua langsung menyebar semua stok barang sekaligus demi memenuhi permintaan pasar.
Sekarang hasilnya terlihat bahwa dalam data Market Share yang dirilis Counterpoint dan Canalyst menunjukkan statistik Xiaomi stagnan cenderung alami kemunduran, sedangkan Samsung makin digdaya bertahan di puncak, sementara Realme terus melonjak signifikan di posisi lima besar hanya dalam kurun waktu setahun, Safe to Say.. ini merupakan pencapaian luar biasa bagi Realme.
Memperhatikan Biaya Produksi
Katakanlah Xiaomi punya modal 2 juta rupiah untuk membuat satu unit Smartphone yang kemudian akan mereka jual seharga Rp3 juta. Disaat yang sama, ponsel dari merek lain dengan spesifikasi hampir mirip juga dijual dalam rentang harga 3,6 jutaan.
Dari sini, seolah Smartphone Xiaomi terkesan lebih murah daripada pesaingnya itu. Bila terjual 1000 perangkat seluler maka Xiaomi akan meraup keuntungan berkisar 1 miliar rupiah, sedangkan kompetitornya bisa dapat 500 juta lebih tinggi dibanding Xiaomi.
TAPI.. Xiaomi langsung menghentikan penjualan di angka 1000 unit. Sedangkan di sisi lain, rivalnya terus-menerus menjalankan produksi Smartphone yang mengalami risiko turunnya harga jual dibarengi meningkatnya biaya produksi perangkat.
Besarnya nyali Xiaomi buat jualan memang kerap dipertanyakan. Mereka selalu bermain di zona nyaman, yaitu dengan mematok harga Smartphone lebih murah meski spesifikasi setara pesaingnya namun stoknya sangat terbatas.
Apalagi ditambah keengganan vendor China itu berspekulasi lebih lanjut mengenai kapan Smartphone Flagship akan ikut dibawa masuk ke Indonesia secara resmi. Kayaknya, Xiaomi lebih pilih untung 1 miliar rupiah tapi terjamin kepastiannya, daripada dapat profit Rp3 miliar namun membutuhkan waktu lama.
Oh iya, 1 miliar itu bisa saja bertambah lewat pendapatan “iklan”, you know lah. Begitulah singkatnya asumsi pribadi mengenai alasan serta Penyebab HP Xiaomi Gaib dan Langka Didapat.