Penyebab dan Alasan Kenapa Path Resmi Ditutup

Alasan Kenapa Path Resmi Ditutup – Warganet dibuat heboh atas pengumuman mendadak dari media sosial Path bahwa mereka secara resmi berhenti beroperasional serta menutup seluruh layanannya.

Unggahan yang bersponsor akun resmi Path mengucapkan kalimat perpisahan dengan judul “The Last Goodbye” – Selamat Tinggal yang Terakhir – bernada penyesalan disampaikan pada seluruh pengguna atas penutupan layanan tersebut.

Mengenai data hingga pengembalian dana, Path menyarankan pengguna untuk membaca penjelasan mereka lebih lanjut keterangan yang disampaikan melalui situs resmi. Baca juga: Bayar 850 Dolar Bisa Dapat Verified Badge Akun Twitter.

Alasan Kenapa Path Resmi Ditutup

Keputusan Path tutup layanannya sempat membuat heboh warganet, khususnya mereka yang pernah mencicipi serta sembari bernostalgia dan mengumbar setiap kenangan selama menggunakan media sosial berlogo mirip Pinterest itu.

Path merupakan media sosial yang dibuat oleh tiga serangkai yakni Dave Moris, Dustin Mierau dan Shawn Faning di Palo Alto, California, Amerika Serikat pada 2010 silam.

Disebut jejaring sosial pribadi, Path awalnya membatasi dan cuma bisa menampung maksimal 150 akun sehingga kesan eksklusifnya sangat kental.

Seiring berjalan waktu pengguna Path mencapai puncaknya pada medio 2013-2014, monetisasi pun tak terlupakan jika dikaitkan dengan jumlah pemakainya. Ekslusivitas Path seolah menjadi bumerang bagi mereka sendiri.

Langkah Path untuk menghilangkan batasan jumlah teman mendapatkan kritik pedas serta tanggapan negatif penggunanya.

Di Amerika Serikat, popularitas Path amat jauh tertinggal bila dibandingkan Twitter dan Facebook, mereka kesulitan menggaet hati warga AS yang bisa dibilang krusial dalam menentukan kesuksesannya.

Mei tahun 2015 langkah besar perusahaan terjadi. Path diambil alih oleh DaumKakako, dengan harapan Path semakin bersinar di Indonesia sehingga bisa menjadi motivasi tambahan dalam menembus pasar regional Asia Tenggara.

Strategi seolah hancur mengingat karakteristik masyarakat yang kini sangat mudah berpindah media sosial satu ke lainnya. Popularitas Path anjlok drastis sampai tak ada alasan lagi buat mereka melanjutkan layanan, isu bangkrut ditepis mentah-mentah dan pihaknya menganggap bukan karena kebangkrutan yang membuat layanan berhenti total melainkan ya sudah minim pengguna, investor dan ekosistem periklanan melemah.

Kasus Bertubi-tubi

Media sosial Path cukup populer di Asia Tenggara khususnya Indonesia dibandingkan negara asalnya, Amerika Serikat.

Sebelum ditutup, Path hanya menyisakan lima juta pengguna aktif. Bakrie Telecom sebagai pemilik operator seluler Esia saat itu pernah berinvestasi Seri C dengan menggelontorkan dana $25 Juta, atau setara 305 miliar rupiah di tahun 2014.

Namun, reputasi Path anjlok usai kasus pelanggaran privasi pengguna. Mereka secara diam-diam mengakses serta menyimpan kontak telepon penggunanya tanpa izin bahkan tanpa disebutkan dalam kebijakan layanan sendiri.

Tidak sampai disitu, lembaga independen dalam bidang pengawasan dan perlindungan konsumen di AS, Federal Trade Comission (FTC) menghukum Path dengan denda $805,000 atau sekitar 9,7 miliar rupiah setelah diketahui melanggar privasi karena menyimpan data pengguna di bawah umur.

Penutupan dilakukan Oktober 2018, selama tenggat waktu sebelum itu juga pengguna Path diizinkan menyimpan data pribadi mereka lewat alamat email yang terdaftar dalam akun.

Setidaknya sampai artikel ini diterbitkan, Path masih memberikan kesempatan pada pengguna jika ingin mengakses akunnya yang terdapat notifikasi pesan perpisahan pada kolom aktivitas sebelum akhirnya resmi ditutup.

Leave a Comment