Sumber Penghasilan Dompet Digital Meraih Keuntungan Profit

Dari mana sumber pendapatan E-Wallet (Dompet Uang Digital) seperti T-Cash, Ovo, Dana, PayTren, Doku, Gopay bagaimana cara mereka meraup keuntungan profit? 

Memang masih agak sulit menemukan sumber referensi yang akurat terkait darimana para perusahaan aplikasi dompet digital alias E-Wallet mendapatkan keuntungan atau meraih profit dari layanan mereka.

Padahal, ini menjadi topik diskusi menarik di grup Telegram Blogger Indonesia yang berujung pada keingintahuan admin ShukanBunshun.com juga.

Awalnya saya pribadi enggan merespon serta cenderung tidak mau pusing-pusing memikirkan beraneka macam promo ‘menarik’ ditawarkan lewat aplikasi kantong elektronik yang tersedia dan terinstall untuk Smartphone.

Selain itu, mulanya saya beranggapan kalau selisih nominal kecil beberapa rupiah yang biasanya mengendap pada dasbor dan total saldo E-Wallet jadi sumber pendapatan mereka meraup uang lebih.

Bahkan setelah dicoba lakukan kalkulasi jumlahnya tidak begitu menjanjikan sebagai profit utama bagi perusahaan e-Wallet dalam menghasilkan uang miliaran hingga triliunan rupiah.

Maksudnya begini:

Kalau saya isi ulang saldo (Top-Up) Go-Pay senilai Rp100,000 lalu besok lusanya saya terpaksa naik Go Ride dengan ongkos 15000 pastinya saldo tersisa 85000. Uang tersisa saya gunakan membeli makanan via Go-Food, menghabiskan total 78000.

Nah, setelah pembelian dan pembelanjaan tersebut saldo tersisa 7000 mengendap tidak saya gunakan sehingga dapat dimanfaatkan oleh Go-Jek untuk tindakan transaksi lainnya misalnya berinvestasi, ekspansi, iklan, akuisisi.

Hal serupa juga dapat terjadi pada aplikasi DANA yang saat ini statusnya berada di bawah naungan AliPay dan Elang Mahkota Teknologi.

Biasanya saya gunakan buat bertransaksi di Bukalapak seperti belakangan kemarin ikutan Serbu Seru, kondisinya juga mirip yaitu pasti ada saldo uang mengendap nominalnya berkisar antara 1000 hingga 10000 rupiah usai pembelian rutin.

Baca: Proses Pencairan Saldo Buka DANA Bukalapak.

Dari total penggambaran tadi, saya kira dari saldo yang mengendap tersebutlah para pengelola E-Wallet mendulang keuntungan. Tapi fakta berbanding terbail, uang yang tersisa bukan pendulang penghasilan utama mereka. Terus apa dong?

Cara Kerja E-Wallet dan Sumber Penghasilannya 

Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi 2019 adalah tahun dimana transaksi pembayaran non-tunai akan lebih masif daripada sebelumnya.

Salah satu dan terutama kehadiran aplikasi e-Wallet di Indonesia semisal OVO, Gopay, T-Cash, DANA, AyoPop, PayTren, Uang Hape serta masih banyak beragam dompet digital lainnya.

Mayoritas cara kerja kantong elektronik tersebut hampir sama. Pengguna tinggal unduh-install aplikasi, kemudian registrasi, isi saldo sesuai nominal uang diinginkan, lalu melakukan transaksi pakai e-Wallet ini.

Ketika registrasi selesai dilakukan, otomatis Anda sebagai pengguna menyetujui serta mempercayai pengelola e-Wallet dalam menitip uang. Secara langsung (fisik), uang Anda sudah diputar alias dipergunakan lagi.

Sementara angka digital tercantum dalam aplikasi mengacu pada saldo terkini, itu cuma perwakilan doang aslinya uang Anda sudah bergerak kesana-kemari entah kemana memang mirip Bank.

Begitu nominal saldo telah muncul dalam aplikasi, Anda dapat bertransaksi sesuai angka yang tertera di dasbor akun. Asal muasal dan penyebab saldo mengendap di sini, itulah alasan kenapa tidak ada harga barang / produk / makanan / layanan bertarif yang pas, sengaja.

Atas dasar penjabaran transaksi tadi mestinya jadi pertimbangan ketika Anda memutuskan memilih e-Wallet. Karena pilih dompet digital yang bagus itu gampang, contohnya banyak diterima oleh vendor lain semisal penyedia layanan / jasa, transportasi, makanan, produk digital, marketplace dan hiburan.

Kebingungan melanda tatkala rupanya sejumlah layanan yang kerap saya gunakan ternyata menggunakan e-Wallet berbeda-beda. Tapi ya sudah, cara kerja mereka memang gitu saja.

Terus bagaimana perusahaan e-Wallet meraih penghasilan? Darimana sumber pendapatan alias profit utama mereka?

Logikanya mustahil jika tanpa profit menjanjikan para konglomerat perusahaan hingga perbankan pada tergiur ikut menjalankan bisnis tersebut.

Oke lanjut kita bahas poin cara kerja tadi lebih mendalam, karena ternyata bisa ditemukan titik terang profit e-Wallet.

Pertama saat Anda lakukan registrasi saja mereka sudah mendapatkan keuntungan. Profit itu berupa data pribadi pemakai seperti nama dan alamat serta jumlah pengguna.

Memang, profit yang tidak langsung berupa uang tapi itulah aset bagi mereka mengembangkan bisnisnya terutama upaya meningkatkan nilai valuasi.

Seandainya selama proses pendaftaran profit tidak didapatkan, artinya penghasilan mereka diraih ketika pengguna mengisi ulang saldo dan keuntungannya tentu saja dalam bentuk uang langsung.

Pihak Bank berposisi sebagai perantara antara pengguna dan perusahaan e-Wallet juga mendapatkan keuntungan dengan membagi nilai transaksi. Walau Anda mengisi saldo lewat minimarket Indomaret / Alfamart tetap saja dilakukannya transfer melibatkan perbankan.

Saldo sudah terisi, kini pengguna bisa lakukan pembelian ke merchant yang telah bekerjasama dengan eWallet.

Khusus untuk Marketplace, vendor jual-beli (mal online) tentu sepakat membayar sejumlah nominal uang agar dapat memasang layanan E-Wallet tersebut sebagai kesepakatan kerjasama. Contohnya Tokopedia – OVO dan Bukalapak – DANA.

Mengapa demikian? Sebab musababnya kedua e-Commerce itu belum punya dompet digital sendiri, dulu sih ada namanya TokoCash dan Bukadompet tapi sudah dicekal oleh Bank Indonesia bersama ShopeePay juga gagal dapat restu.

Restu atau izin yang sudah digenggam oleh e-Wallet yang sekarang mereka ajak kerjasama, itulah alasan kenapa sejumlah Marketplace mau bayar supaya bisa memasang layanan eWallet beserta fasilitas di dalamnya.

Profit mulai berdatangan baik dari segi tampilan situs atau apliasi e-Wallet bersangkutan. Mereka pun membuka serta sediakan slot kepada merchant atau perusahaan yang bekerjasama dengannya supaya mau pasang iklan demi meningkatkan frekuensi transaksi.

Kembali ke laptop eh ke awal barusan, kalau ada banyak jumlah pengguna seolah menambah reputasi e-Wallet dan valuasi perusahaan akan meningkat signifikan jadi total pemakai seakan nilai jual utamanya.

Hal ini dipercantik oleh e-Commerce berstatus Unicorn semacam Bukalapak dan Tokopedia saat memutuskan bekerjasama dengan e-Wallet maka valuasi perusahaan dompet digital yang kerjasama akan naik seiring pertumbuhan jumlah pengguna.

Kalau nggak percaya ya gak masalah. Tapi Gojek dan Gopay jadi contoh menarik, meskipun statusnya Unicorn serta bervaluasi 145 triliun rupiah per akhir 2018 kenyataannya profit terbesar Go-Jek BUKAN dari jasa transportasi mereka seperti GO RIDE atau GO-CAR.

Tapi bisnis transportasi daring itu masih tetap dipertahankan demi menjaga nilai valuasi serta mempertahankan loyalitas penggunanya, bahkan sampai sekarang ditambah layanan lain semisal Go-Food, Go-Bills, Go-Life, Go-Mart, dll.

Menanam bibit dengan memperluas layanan Go-Jek dengan tujuan menambah jumlah konsumen atau demi pergerakan positif Consumer Aquisition. Makin banyak pengguna, transaksi Go-Pay akan semakin masif kemudian waktunya mendulang profit, hal serupa berlaku pada platform Poin Ponta.

Memang Sumber Penghasilan Dompet Digital Meraih Keuntungan Profit agak sederhana cukup menjaga kepercayaan dan memanjakan pengguna maka e-Wallet akan terus diandalkan.

Leave a Comment