“Eh video lo yang lagi buka tutup galon pake lidi itu kan viral.” kata Santos kepada teman seperjuangannya di sekolah, Zylvechia Pamungkas.
Zylvechia merupakan bocah yang lumayan jenaka dan humoris. Berkat kelakuannya yang selalu menggunakan sebatang lidi saban hari kerap mengundang gemas mereka yang melihatnya, bahkan saat coba membuka layar laptop.
Karena merasa ini adalah keanehan dan Santos ingin memamerkan kepada orang lain tentang ulah Zylvechia, suatu hari ia merekam dan mengunggahnya ke Instagram.
Hanya butuh waktu beberapa jam saja bagi Santos untuk video unggahannya tersebut mendapatkan banyak respon,seperti suka, opini, reaksi, serta ribuan akun media sosial lain membagikannya.
Tak berselang lama dicaplok oleh media massa seperti Kompos, Okazone, TribenNews, dotikcom pun mengunggah ulang video tersebut ke halaman situs mereka masing-masing. Kemudian judul headline seperti di bawah ini bejibun mewarnai kanal Google News.
“Viral! Bocah SD Bisa Buka Laptop Pakai Sebatang Lidi”
“Anak SD Ini Viral Karena Bisa Membuka Tutup Botol Pakai Lidi”
Lalu apa arti Viral sebenarnya?
Viral ternyata diambil dari kata “Virus”. Sedangkan Virus adalah organisme mikrobiologis yang biasanya ditemukan hidup serta tumbuh dengan organisme hidup lainnya sebagai inang mereka. Virus dapat menyebar serta dianggap jadi wabah jika jumlah yang terkena infeksi begitu masif angkanya. Begitu pula dengan Viral.
Konten entah dalam bentuk foto / gambar, video hingga teks juga bisa saja dianggap viral. Hanya saja harus memenuhi konteks persyaratan tadi yakni wajib meraup banyak reaksi, like, share, dan komentar tanpa jumlah spesifik tapi biasanya belasan hingga puluhan ribu.
Penyebutan Viral sahih digunakan apabila “infeksi” menyebar dan menular berasal dari konten yang dimaksud. Biasanya kalau sudah terinfeksi seseorang bakal menimbulkan rasa emosi jiwa, baik senang, sedih, marah, kecewa, bangga, atau biasa saja.
Kalau kata Lifewire, apabila sejumlah orang terkena sentuhan suatu konten, dia secara spontan bakal sukarela berkontribusi dalam hal reaksi. Rela Timeline / TL atau beranda akun media sosialnya diisi oleh konten tersebut, bahkan turut meningkatkan popularitas konten itu sampai semakin terkenal dan viral.
Terus apa perbedaan konten viral sama konten trending alias populer? Sebenarnya ya sama saja, konten dianggap viral karena konten itu populer. Namun kalau kamu mau penjelasan spesifik, Viral dan Trending adalah dua hal berbeda.
Perbedaan Viral dan Trending adalah konten bakal dinilai viral bila muncul di lintas platform, bisa jadi Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, bahkan orang yang cuma punya medsos LinkedIn dan gemas mau ikut share sekali pun. Sedangkan konten bersifat trending topik maka platform dan waktunya itu terbatas.
Pada platform berbagi video seperti YouTube terdapat tab Trending pada bar navigasi yang bisa diakses kapan pun dengan gampang.
Dari menu tab itu pengguna dapat mengetahui video apa saja yang lagi banyak ditonton dan dibahas, namun keesokan harinya bisa saja posisi video tersebut tergeser oleh video lainnya.
Twitter pun demikian, situs microblogging itu memiliki fitur Trending Topik menampilkan tema dan atau tagar (Hashtag) yang sedang hangat serta terbanyak diperbincangkan melalui cuitan untuk kurun waktu tertentu.
Sebenarnya Facebook juga sempat punya, tapi setelah algoritma FB berubah pada 2016 silam mereka menghapus fitur trending. Padahal sudah disambut baik dan mendapat respon positif miliaran pengguna aktifnya.
Merupakan ciri konten viral ketika orang lain melakukan duplikasi topik, tema atau isi pada konten itu.
Contoh kecilnya adalah Bottle Cap Challenges, beberapa waktu lalu sontak mendadak begitu banyak orang hingga para pesohor dunia upload video tantangan membuka tutup botol pakai gaya unik masing-masing.
Sekarang kita bisa mengatakan kalau Bottle Cap Challenge sebuah hal viral. Beberapa orang mungkin masih kerap mengupload video tersebut, tapi tantangan itu tidak trending lagi. Begitulah gambaran singkatnya perbedaan viral dan trending.