Tempo hari ada seorang YouTuber yang lumayan terkenal di kalangan pengguna Facebook dia bertanya pada saya lewat Telegram mengapa Channel YouTubenya tidak kunjung ada peningkatan signifikan. Ketika saya lihat memang channelnya memang cenderung stagnan.
Popularitas pemilik channel tersebut lumayan oke, dia pernah juara sayembara yang diselenggarakan XL Axiata membuat dirinya memenangkan satu unit mobil. Namun tampaknya kepopuleran dia tidak merambah hingga jagat maya, mungkin memang belum temukan momentum yang pas?
Hingga postingan blog ini saya publikasi di ShukanBunshun.com, channel YouTube-nya berjumlah 519 subscribers. Pertama kali dibuat awal Desember 2018, dan sampai sekarang telah memiliki 42 video. Jikalau direrata, setidaknya beliau unggah satu video setiap dua hari.
Untuk channel YouTube yang baru mengudara kurang lebih 4 bulan, perkembangan jumlah pelanggan atau penonton setianya lumayan bagus. Hanya konsistensi memang sulit dipertahankan dan semoga dia bisa melakukannya, tapi masih ada satu pertanyaan yang terngiang-ngiang yakni kenapa jumlah viewersnya sedikit?
Mungkin memang asumsi dan pendapat orang berbeda dan sulit disamakan dengan saya. Jadi begini, saat dia nanya soal Views, sebenarnya saya mau banget kasih jawaban kalau thumbnail gambar dan judul videonya kurang berbau Clickbait. Tapi bikin judul dan gambar yang sedikit memancing mungkin jadi hal yang tabu.
Setelah membaca referensi akhirnya saya temukan (walau) sedikit jawaban dan faktor penyebab mengapa jumlah tontonan (Viewers) video yang ada di channel YouTube dia sedikit. Walau sebenarnya, materi dan isi konten video beliau itu daging semua tanpa tulang alias banyak manfaat.
Perubahan algoritma YouTube dalam beberapa bulan belakangan seolah menjadikan raja dalam rumus matematika tersebut yaitu Jam Tayang (Watch Time) dan Keterlibatan (Engagement).
Jam Tayang merupakan rumus pertama yang mengacu pada durasi rata-rata berapa lama video ditonton oleh para pengunjung channel. Berbeda dengan View yang dihitung berdasarkan jumlah klik link ke video.
Kalau Engagement ini masih ada kekurangan yaitu sulit menyaring dan cenderung tidak peduli cara negatif dan positif yang dilakukan YouTubers. Karena kedua metode ini dapat meningkatkan nilai Engagement pada channel.
Contohnya: Kalau Anda Share video yang tidak disukai ke akun media sosial lainnya dengan komentar negatif, share tersebut tetap dihitung menambah poin engagement pemilik channel.
Sejauh ini platform sebesar YouTube belum mempunyai algoritma atau Artificial Intelligence (AI) yang berfungsi mendeteksi apakah suatu video bermanfaat serta mengedukasi atau tidak.
Karena baru dua rumus algoritma tadi lah yang menentukan dan jadi tolak ukur seberapa populernya sebuah video YouTube.
Minimnya jumlah Viewers dan Watch Time yang dialami banyak YouTubers sudah jadi masalah klasik, jadi video positif dan dianggap mengedukasi penonton dikalahkan oleh algoritma YouTube itu sendiri.
Apakah ini sepenuhnya salah YouTube? Jelas tidak.
Karena YouTube menghitung dan mengacu pada jam tayang serta keterlibatan pengguna. Nah, semua faktor tersebut berasal dari pengunjung atau penonton sebagai sumber awalnya.
Lalu salah siapa kalau konten negatif, clickbait, ga berbobot selalu nangkring di trending? Jawabannya adalah Anda dan para penonton YouTube.
Anda terjebak oleh gambar thumbnail dan judul, secara sengaja atau tidak, Anda memberikan engagement dan watch time kepada video yang dianggap tidak berguna tersebut alasannya beragam mulai dari waspada lah, kasih kritik lah, bahkan sekadar lucu-lucuan.
Sampai di sini sebenarnya sudah terungkap alasan mengapa sebuah channel dengan konten video abal-abal bisa berkembang pesat dalam waktu singkat mengalahkan channel berkonten edukasi. Inilah sedikit gambaran mayoritas selera tontonan orang Indonesia.
Ketika melihat tab Trending banyaknya video dari regional tertentu selalu muncul jadi trending. Apa yang harus Anda lakukan? Cara instan namun tetap aman bukan pakai tools auto views atau sejenisnya, tapi ikuti selera tontonan masyarakat Indonesia.
Beradaptasi, ikuti kemauan mereka, cek trending, analisa video tertentu kenapa dia bisa masuk trending lalu terapkan di channel Anda.
Kabar bagusnya adalah, konten positif yang mengedukasi penonton pada channel Anda akan tetap ada pengunjung setia dan peminatnya. Kunci dari kesuksesan YouTuber adalah konsitensi. Got it? Do it!